Dukaku tak akan terasa lara, saat aku
berguna bagi sesama
Identitas Buku
-
Judul
Buku : Tuhan, Aku
Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU
-
Nama
penulis : Eidelwis
Almira
-
Tahun
diterbitkan : 2015
-
Nama
penerbit : Euthenia
-
Jumlah
halaman : 152 Halaman
-
Nomor
ISBN :978-602-1010-78-5
Blurb
Kehadirannya
bisa menjadi guru bagi orang-orang di sekitarnya. Tak banyak yang mengira apa
yang dilakukannya begitu berguna dan memiliki makna sepeninggalannya. Tak
pernah disangka apa yang di lakukannya begitu mulia untuk membantu sesame tanpa
pernah berpikir meminta.
Ia hanya
ingin berbuat sebaik mungkin sesuai kemampuan dan kemauan hatinya, mengungkap
segala kejujuran hidup yang ditangkap dan dirasakannya. Caranya menjadi seorang
pahlawan terkesan sangat sederhana namun selalu berakhir Istimewa, dikenang
selamanya.
Isi Buku
“Seorang
anak yang berharap ingin menjadi sosok yang berguna bagi sesama”
“Mungkin aku bukan anak yang baik selama
ini,
Namun di ujung napasku,
aku ingin meminta pada-Mu
Jadikan aku kini anak yang mengerti
Dan mau berbagi bagi orang lain
Semoga pinta terakhirku bisa Kau kabulkan
Aku ingin menjadi malaikat kecil-Mu Tuhan”
By:Eidelwis Almira
Rumah Asa
Rumah asa alias “Rumah Harapan”, sebuah
rumah yang dibangun oleh remaja yang bernama gege adik tito. Orang tua mereka
sangat kaya, dan Tito adalah seorang anak remaja yang mempunyai penyakit
kronis. Sifat keduanya sangat berbeda. Gege sangat aktif dan Tito sangat
pendiam.
Gege
berecana membangun rumah asa di belakang kompleknya yang termasuk kampung kumuh
dan banyak anak kecil yang terbengkalai masalah pendidikannya. Agar anak-anak
itu bisa belajar dengan semestinya walaupun tidak dengan cara masuk ke
Pendidikan formal.
Jadi Gege
berharap rumah asa ini akan berkembang dan lebih baik, termasuk ada guru-guru
yang akan mengajarnya disana. Sayangnya sebelum itu tersampaikan Gege meninggal
karena tertabrak. Namun sebelum hal itu terjadi sudah banyak berpesan pada Tito
kakanya. Untuk menjaga anak-anak disana, dan ikut serta mengembangkannya.
“Apa yang
kamu punya, harta, ilmu, waktu, tenaga, semuanya serahkan. Dan pada saatnya
nanti, kita akan menuai hasilnya, bagi diri pribadi kita juga bagi pihak yang
telah kita bantu.”
Gege
mengatakan hal itu sebelum dia pergi untuk selama-lamanya. Gege adalah malaikat
bagi anak-anak di sekitarnya yang tidak seberuntung dia hidupnya. Kepergiannya
meninggalkan cinta kasih yang tiada tara ternilai harganya, bekal dia masuk
surga-Nya.
“Cinta
kasih kepada sesama bukan hanya milik orang dewasa. Seorang anak bisa contoh
mulia yang layak diteladani, dikeang selamanya”
Anggrek Jingga
Anggrek
jingga adalah anak usia 12 tahun yang mempunyai penyakit sangat serius dan
kemungkinan sangat tipis untu sembuh. Hal itu membuat anggrek harus meminum
obat setiap harinya tanpa henti. Dia adalah anak semata wayangnya dari “Diba” maminya
dan “Farhan” papinya. Orang tua anggrek sangat sibuk dengan pekerjaannya,
sehingga harus menitipkan Anggrek dengan baby sitter yang ada dirumahnya.
Kebetulan di
daerah komplek dia tinggal ada panti asuhan yang dinamakan panti “Momong”,
ibu panti itu namanya bu Herdi, dan Anggrek punya sahabat namanya Ira, disana
anggrek sangat bahagia daripada harus dirumah yang penuh kesepian dan
kekerasan.
Orang tua Anggrek
emang sibuk, tapi jika mereka pulang pasti bertengkar. Mami anggrek setiap kali
ketemu anggrek hanya menyuruh minum obat, obat dan obat tidak pernah sedikitpun
menanyakan kebahagiaan dia, atau dia habis ngapain. Dan pekerjaan maminya
selalu ngebentak di situasi apapun.
Hal ini
membuat anggrek harus mencari kedamaian di luar yaitu panti itu, pada suatu
hari saking capeknya anggrek mendengar orang tuanya selalu bertengkar di
hadapannya. Anggrek kabur lari ke panti momong untuk menenangkan diri, sesampai
sana dia mimisan dan demam tinggi. Akhirnya meninggal disana “di panti Momong”.
Orang tua anggrek sangat menyesal akan hal ini.
Dan ratapan
Diba “maminya” menghiasi malam bulan purnama di panti asuhan momong.
Kepergian Anggrek sebagai penjaga hati kedua orang tuanya, malaikat bagi
teman-temannya. Ia pergi dengan ribuan pesan yang selama ini belum sempat
disampaikannya secara rutin.
“Orang tua
seringkali juga harus banyak belajar kepada anak-anaknya yang bisa menjadi guru
bijak, penuntun langkahnya yang kadang keliru karena tergerus urusan dunia”
Cerpen ini sangat menginspirasiku untuk
berusaha selalu berbuat baik pada siapapun, karena kebaikan itu adalah tanaman
yang bisa kita tanam dan suatu hari nanti akan kita tuai buahnya (hasil).
Semangat menabung kebaikan ya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar