Sabtu, 27 Januari 2024

Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-Mu

 


Dukaku tak akan terasa lara, saat aku berguna bagi sesama

 

 

Identitas Buku

-          Judul Buku                        : Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU

-          Nama penulis                    : Eidelwis Almira

-          Tahun diterbitkan              : 2015

-          Nama penerbit                  : Euthenia

-          Jumlah halaman                : 152 Halaman

-          Nomor ISBN                     :978-602-1010-78-5



Blurb

Kehadirannya bisa menjadi guru bagi orang-orang di sekitarnya. Tak banyak yang mengira apa yang dilakukannya begitu berguna dan memiliki makna sepeninggalannya. Tak pernah disangka apa yang di lakukannya begitu mulia untuk membantu sesame tanpa pernah berpikir meminta.

Ia hanya ingin berbuat sebaik mungkin sesuai kemampuan dan kemauan hatinya, mengungkap segala kejujuran hidup yang ditangkap dan dirasakannya. Caranya menjadi seorang pahlawan terkesan sangat sederhana namun selalu berakhir Istimewa, dikenang selamanya.

Isi Buku

            “Seorang anak yang berharap ingin menjadi sosok yang berguna bagi sesama”

“Mungkin aku bukan anak yang baik selama ini,

Namun di ujung napasku,

aku ingin meminta pada-Mu

Jadikan aku kini anak yang mengerti

Dan mau berbagi bagi orang lain

Semoga pinta terakhirku bisa Kau kabulkan

Aku ingin menjadi malaikat kecil-Mu Tuhan

By:Eidelwis Almira

Rumah Asa

            Rumah asa alias “Rumah Harapan”, sebuah rumah yang dibangun oleh remaja yang bernama gege adik tito. Orang tua mereka sangat kaya, dan Tito adalah seorang anak remaja yang mempunyai penyakit kronis. Sifat keduanya sangat berbeda. Gege sangat aktif dan Tito sangat pendiam.

            Gege berecana membangun rumah asa di belakang kompleknya yang termasuk kampung kumuh dan banyak anak kecil yang terbengkalai masalah pendidikannya. Agar anak-anak itu bisa belajar dengan semestinya walaupun tidak dengan cara masuk ke Pendidikan formal.

Jadi Gege berharap rumah asa ini akan berkembang dan lebih baik, termasuk ada guru-guru yang akan mengajarnya disana. Sayangnya sebelum itu tersampaikan Gege meninggal karena tertabrak. Namun sebelum hal itu terjadi sudah banyak berpesan pada Tito kakanya. Untuk menjaga anak-anak disana, dan ikut serta mengembangkannya.

“Apa yang kamu punya, harta, ilmu, waktu, tenaga, semuanya serahkan. Dan pada saatnya nanti, kita akan menuai hasilnya, bagi diri pribadi kita juga bagi pihak yang telah kita bantu.”

Gege mengatakan hal itu sebelum dia pergi untuk selama-lamanya. Gege adalah malaikat bagi anak-anak di sekitarnya yang tidak seberuntung dia hidupnya. Kepergiannya meninggalkan cinta kasih yang tiada tara ternilai harganya, bekal dia masuk surga-Nya.

Cinta kasih kepada sesama bukan hanya milik orang dewasa. Seorang anak bisa contoh mulia yang layak diteladani, dikeang selamanya”

Anggrek Jingga

Anggrek jingga adalah anak usia 12 tahun yang mempunyai penyakit sangat serius dan kemungkinan sangat tipis untu sembuh. Hal itu membuat anggrek harus meminum obat setiap harinya tanpa henti. Dia adalah anak semata wayangnya dari “Diba” maminya dan “Farhan” papinya. Orang tua anggrek sangat sibuk dengan pekerjaannya, sehingga harus menitipkan Anggrek dengan baby sitter yang ada dirumahnya.

Kebetulan di daerah komplek dia tinggal ada panti asuhan yang dinamakan panti “Momong”, ibu panti itu namanya bu Herdi, dan Anggrek punya sahabat namanya Ira, disana anggrek sangat bahagia daripada harus dirumah yang penuh kesepian dan kekerasan.

Orang tua Anggrek emang sibuk, tapi jika mereka pulang pasti bertengkar. Mami anggrek setiap kali ketemu anggrek hanya menyuruh minum obat, obat dan obat tidak pernah sedikitpun menanyakan kebahagiaan dia, atau dia habis ngapain. Dan pekerjaan maminya selalu ngebentak di situasi apapun.

Hal ini membuat anggrek harus mencari kedamaian di luar yaitu panti itu, pada suatu hari saking capeknya anggrek mendengar orang tuanya selalu bertengkar di hadapannya. Anggrek kabur lari ke panti momong untuk menenangkan diri, sesampai sana dia mimisan dan demam tinggi. Akhirnya meninggal disana “di panti Momong”. Orang tua anggrek sangat menyesal akan hal ini.

Dan ratapan Diba “maminya” menghiasi malam bulan purnama di panti asuhan momong. Kepergian Anggrek sebagai penjaga hati kedua orang tuanya, malaikat bagi teman-temannya. Ia pergi dengan ribuan pesan yang selama ini belum sempat disampaikannya secara rutin.

“Orang tua seringkali juga harus banyak belajar kepada anak-anaknya yang bisa menjadi guru bijak, penuntun langkahnya yang kadang keliru karena tergerus urusan dunia”

            Cerpen ini sangat menginspirasiku untuk berusaha selalu berbuat baik pada siapapun, karena kebaikan itu adalah tanaman yang bisa kita tanam dan suatu hari nanti akan kita tuai buahnya (hasil). Semangat menabung kebaikan ya…

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seni Berdamai Dengan Diri Sendiri

  Mencintai, Menghargai, dan Menerima Diri Sendiri Apa Adanya Identitas Buku -           Judul Buku                                   ...